Rabu, 26 Desember 2012

Kalimat Efektif

Nama          : Septiana Rismala
NPM / Kelas  : 16110472 / 3 KA 29



Banjir Bukan Hanya Tanggung Jawab Jokowi

Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo menyoroti pola hidup sebagian masyarakat Ibu Kota yang tidak ramah lingkungan dan menjaga alam. Menurutnya, pola hidup ini memberikan kontribusi bagi terhadap banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Ibu Kota. Oleh karena itu, kata Suharyo, penanggulangan banjir bukan hanya tanggung jawab Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.  

"Di Jakarta itu beratus ton sampah dibuang ke kali. Karena itu, banjir tidak bisa ditanggungkan kepada Gubernur sebab masyarakat juga masih membuang sampah sembarangan," kata Suharyo, di Katedral, Jakarta, Selasa (25/12/2012). 

Ia menekankan, masyarakat perlu mengubah pola hidup untuk mencegah kerusakan alam yang lebih parah. Paradigma masyakarat terhadap alam juga harus diubah. "Masyarakat sudah waktunya setia kawan dengan alam. Mengubah paradigma masyarakat Jakarta itu adalah sampah ditempatkan di tempatnya, jangan dibuang seenaknya saja," ujarnya.  

Seperti diketahui, beberapa hari terakhir, hujan deras yang melanda Jakarta dan banjir kiriman dari Bogor telah merendam sejumlah wilayah Ibu Kota, bahkan jalan-jalan protokol. Warga pun terpaksa mengungsi karena banjir mencapai ketinggian antara 1 hingga 3 meter.



Pembenaran Kalimat Efektif :

Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo menyoroti pola hidup sebagian masyarakat Ibu Kota yang tidak ramah lingkungan dan menjaga alam. Menurutnya, pola hidup ini memberikan kontribusi terhadap banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Ibu Kota. “ Penanggulangan banjir bukan hanya tanggung jawab Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo,” kata suharyo.

"Di Jakarta itu beratus ton sampah dibuang ke kali. Karena itu, banjir tidak bisa ditanggungkan kepada Gubernur sebab masyarakat juga masih membuang sampah sembarangan," kata Suharyo, di Katedral, Jakarta, Selasa (25/12/2012). 

Ia menekankan, masyarakat perlu mengubah pola hidup untuk mencegah kerusakan alam yang lebih parah. Paradigma masyakarat terhadap alam juga harus diubah. "Masyarakat sudah waktunya setia kawan dengan alam. Mengubah paradigma masyarakat Jakarta itu adalah sampah ditempatkan di tempatnya, jangan dibuang seenaknya saja," ujarnya.  

Seperti diketahui, beberapa hari terakhir, hujan deras yang melanda Jakarta dan banjir kiriman dari Bogor telah merendam sejumlah wilayah Ibu Kota, bahkan jalan-jalan protokol. Warga pun terpaksa mengungsi karena banjir mencapai ketinggian antara 1 hingga 3 meter.



Sumber :
  • http://megapolitan.kompas.com/read/2012/12/25/15395993/Banjir.Bukan.Hanya.Tanggung.Jawab.Jokowi?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=Banjir%20Rendam%20Jakarta

Sabtu, 22 Desember 2012

Kalimat Dalam Bahasa Indonesia


1. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

2. Kalimat menurut Struktur Gramatikalnya
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif0, tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
a.   Kalimat Tunggal (Simpleks)
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat.

b.   Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terdiri atas 2 suku kalimat (klausa) atau lebih. Tanda koma memisahkan suku kalimat itu jika subjeknya berbeda, jika kata penghubungnya menunjukan pertentangan, atau jika suku kalimat itu panjang-panjang

c.   Kalimat Mejemuk Tidak Setara (Betingkat)
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.

d.   Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).

3. Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retoriknya)
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
a.   Kalimat yang melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.

b.   Kalimat yg berklimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan.

c.   Kalimat yg berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.

4. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca.
a.   Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).

b.   Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.

c.   Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).

d.   Kalimat Seruan (Eksklamatif)
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).


Sumber :
Alek dan H. Achmad HP. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Prenada Media Group, 2010.


Nama : Septiana Rismala
NPM  : 16110472
Kelas : 3 KA 29